( Lukas 6, 20- 26 )
Dalam perikopa ini, Yesus menyebut 4 pribadi yang layak disebut yang terberkati dan yang berbahagia. Dia atau mereka adalah yang miskin, yang lapar, yang menangis, yang dibenci karena mengikuti-Nya.
Tidaklah mudah merefleksikan miskin, lapar, menangis, dibenci orang, sebagai yang menyebabkan orang akan terberkati dan berbahagia. Apa yang dikatakan oleh Yesus sebagai yang menjadikan terberkati dan berbahagia, kalau mungkin, malah dihindari jauh- jauh. Siapa yang mau meriskir hidupnya dengan miskin, lapar, menangis dan dibenci ?.
Miskin, lapar, menangis adalah berkat kalau manusia mengenal atau memahaminya sebagai rencana besar Tuhan untuk mendidik, mendampingi, menuntun umatNya agar naik kelas, menjadi pribadi yang semakin mengimani dan mengenal rencana-Nya. Memahaminya sebagai berkat berarti, mempersilahkannya mengajar manusia untuk semakin menyadari bahwa, dirinya sepenuhnya tergantung kepada Tuhan. Ketika dalam kesusahan, kekecewaan, apakah menyadari bahwa saat itu, mempunyai kesempatan dan sesuatu yang layak dipersembahkan kepadaNya ?. Misalnya bersyukur, berserah diri, percaya terhadap rencanaNya. Mungkin bentuknya kecil tak berharga, akan tetapi hal itu sangat berarti dimata Tuhan, karena Tuhan memandangnya penuh belaskasih. Kalau kebiasaan memahami rencana-Nya dalam setiap peristiwa kehidupan, dihidupi dan secara spontan memberikan persembahan kepada-Nya, manusia benar-benar hidup dalam kelimpahan. Dia terberkati dan berbahagia.
Pengalaman dipandang dengan penuh belas kasih, dihargai dan diterima oleh Tuhan adalah pengalaman yang membahagiakan, karena itu merupakan pertanda nyata bahwa Tuhan berkenan kepada kita. Itulah pengalaman yang menyadarkan bahwa kita diperkenankan hidup terberkati , berbahagia. Tentu kita tidak bermaksud mengurung diri dalam kemiskinan, kelaparan, tangisan atau penghinaan dalam hidup ini. Namun, ketika mereka sungguh-sungguh datang, kita sudah tahu bagaimana mengelolanya demi kemuliaan Tuhan. Mensyukuri, menerima dengan lapang dada, bersuka cita, berserah sepenuhnya atau mengandalkan Dia.
Yang terberkati atau yang berbahagia adalah dia atau mereka yang menerima dan mengimani bahwa miskin, lapar, menangis dan dibenci karena mengikuti Yang berbahagia -Nya, sebagai bagian tak terpisahkan dari rencana besar-Nya dalam menyelamatkan dirinya.
Rekan-rekan, hari ini kita memperingati Santo Yohanes Krisostomus ( 344 – 404 ). Pada tahun 397 ia dipilih sebagai Uskup Konstantinopel. Pada konteks jamannya, hidup susila penduduk kota, termasuk sebagian besar umatnya, sangat merosot. Maka dia melancarkan pembaharuan hidup moral di seluruh keuskupannya dan di kalangan rohaniwan-rohaniwan, dengan memanfaatkan kepiawaiannya berpidato. Homili-homilinya tepat dan mengena, tegas dan terus-terang. SabdaNya dikunyah habis dan diterapkan secara tepat sesuai situasi kehidupan susila umat.
Maksud baik tidak selalu jatuh di tanah yang subur. Ia ditentang keras oleh sementara kolegial para Uskup. Dalam suatu sinode di Oak, Kalsedon, ia dikucilkan oleh mereka. Namun, tidak lama kemudian, di terima kembali, karena kehendak seluruh umat yang sayang kepadanya. Pada tanggal 9 Juni 404, ia diasingkan karena kritikannya yang pedas terhadap Kaisar yang berkuasa. Banyak penderitaan yang dia alami dalam pengasingan dan di sana ia meninggal dalam kesengsaraan sebagai saksi Kristus.
Homili dan tulisan-tulisannya sangat berbobot dan cara hidup rela dibenci karena mengikuti Yesus, ia layak dijuluki "Si Mulut Emas" yang terberkati dan yang berbahagia, sebagai Uskup dan Pujangga Gereja.
Doa :
Tuhan, teguhkan iman, pengharapan san kasih kami, shg kami makin terberkati dan yakin bhw kebencian akan dikalahkan oleh kasih dan kami akan sll bersyukur dan memuji Engkau. Amin.
Tarcisius Susanto Adhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar