Jumat, 25 Agustus 2017

Konsisten Perkataan dan Tindakan

“Turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya” (Mat 23:3)

Saudari/a ku ytk.,
Mungkin Anda pernah tahu dan mendengarkan tentang *“Litani Serba Salah Pastor”.* Di sana  dikatakan, “Kalau pastornya muda, dibilang masih blo’on.  Kalau pastornya sudah tua, dibilang merepotkan umat dan sebaiknya pensiun saja.  Kalau homili terlalu panjang, dibilang menjengkelkan dan membosankan.  Kalau homilinya cepat, dibilang tidak persiapan dan mengecewakan umat yang sudah berkorban datang ke gereja. Kalau homilinya bagus, dibilang hanya biasa teori dan tidak mempraktekkan langsung. Kalau homilinya keras, dibilang menyinggung dan menyindir umat. Kalau homilinya datar, dibilang tidak menarik dan bikin mengantuk.”


Ternyata tidak mudah yaaa menjadi pastor... hehehe... Meski tidak mudah, puji Tuhan masih banyak pastor yang masih setia pada imamatnya sampai saat ini, bahkan sampai akhir hayat. Dan  masih banyak para calon yang sedang dididik di seminari. Juga  saya yakin masih banyak adik-adik dan teman-teman muda yang tertarik ingin masuk seminari menjadi pastor.

Memang terus menjadi tantangan sekaligus pergulatan kami para pastor untuk konsisten antara perkataan dan perbuatan, antara ajaran dan kesaksian. Memang ngeri jika sampai terjadi ungkapan *“Gajah diblangkoni, isoh kotbah ora isoh nglakoni.”* Mohon terus doakan kami agar bisa setia pada panggilan imamat serta bisa terus konsisten antara perkataan dan tindakan.

Kiranya hal ini bukan hanya berlaku untuk para pastor, tetapi juga berlaku untuk Anda *para orang tua dan para pendidik.* Apakah nasihat-nasihat Anda kepada anak-anak Anda juga Anda laksanakan dalam tindakan sehari-hari? Misal, Dhik, sebelum tidur, berdoa dulu yaaa.... Apakah Anda berdoa juga? Dhik sebelum makan, berdoa dulu yaaaa.... Apakah Anda juga berdoa? Apakah ajaran Anda di sekolah juga Anda laksanakan dalam hidup sehari-hari? Apakah Anda hanya memerintah, tetapi tidak memberi teladan terlebih dahulu pada para siswa?

Anda mengajarkan kepada para mahasiswa tentang jangan korupsi, jangan mencontek, jangan memalsu tanda tangan presensi kehadiran, dsb. Tetapi bisa jadi Anda malah mengkorupsi jam mengajar dan jam kerja Anda, Anda mengklaim karya mahasiswa sebagai karya Anda, Anda memanipulasi anggaran dan laporan keuangan lembaga, dsb. Apalagi jika Anda berkarya di lembaga pendidikan berlebel “Katolik”. Memang ngeri jika sampai terjadi ungkapan *“Jarkoni – gelem ngajari ora gelem nglakoni.”*

Bacaan Injil hari ini mengungkapkan *kritik keras Tuhan Yesus kepada orang Farisi dan Ahli Taurat.* “Turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.”

Kebobrokan orang Farisi dan Ahli Taurat itu tidak hanya karena mereka membenci Tuhan Yesus. Mereka membenci Tuhan Yesus juga karena selama ini mereka memang tidak mengajarkan kebenaran dari firman Tuhan. Kalaupun mereka mengajarkannya, mereka sendiri tidak mengakuinya dan tidak melakukannya di dalam hidup sehari-hari.
Kebobrokan inilah yang mendorong Tuhan Yesus mengkritik mereka. Bahkan, Tuhan Yesus memperingatkan mereka dengan kalimat-kalimat celaka yang sangat keras. Dalam bagian ini *Yesus membongkar sifat sombong* para pemimpin agama itu dengan sangat jelas. Meskipun demikian, Yesus tetap meminta orang banyak untuk mendengarkan ajaran ahli Taurat dan orang Farisi selama mereka mewakili Musa dengan benar. Jika ajaran mereka memang benar, silakan taati ajaran itu.

Terkait dengan homili, dalam Anjuran Apostolik “Evangelii Gaudium (Sukacita Injili)”, *Paus Fransiskus* mengungkapkan, *“Homili merupakan batu uji untuk menilai kedekatan pastor dan kemampuanya dalam berkomunikasi dengan umatnya. Kita tahu bahwa umat memandang homili sebagai sesuatu yang sangat penting; umat kaum awam dan para pelayan tertahbis menderita karena homili: kaum awam karena harus mendengarkannya dan kaum klerus (imam) karena harus berkotbah kepada mereka”* (no. 135).

Dan yang menarik, apapun komentar umat akan homili pastor, entah panjang atau pendek, menarik atau menjemukan, Paus Fransiskus mengakui bahwa tidak mudah menyiapkan dan menyampaikan homili. Homili tetap harus dilaksanakan oleh seorang pastor sebagai pewarta sabda Allah. *"Pun kalau homili suatu ketika mungkin sedikit menjemukan, kalau semangat keibuan dan gerejani ini ada, akan dapat menghasilkan buah, sebagaimana nasihat-nasihat menjemukan dari seorang ibu menghasilkan buah, pada waktunya, dalam hati anak-anaknya”* (no. 140).

*Pertanyaan refleksinya:* Apakah Anda sudah konsisten antara perkataan dan tindakan Anda dalam hidup sehari-hari? Anda lebih mudah menyalahkan orang lain ataukah introspeksi diri dulu sebelum menyalahkan orang lain? Selamat merenungkan dan menikmati akhir pekan.

Dan secara pribadi, *saya dengan rendah hati mohon maaf* jika percik firman Tuhan yang saya sampaikan selama ini menyakiti/menyinggung Anda; *saya juga mohon maaf* sebesar-besarnya jika saya belum bisa melaksanakan firman Tuhan itu dengan sempurna dalam tindakan saya. Mari kita *saling mendoakan dan saling bertolong-tolong* menghayati firman Tuhan dalam hidup sehari-hari.

Pergi ke museum di siang bolong
Di depan loket panjang antrian
Mari berjuang dan saling menolong
Agar konsisten dalam kata dan tindakan

Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Roma. (Y. Gunawan, Pr)

Mengasihi Tuhan dan Sesama


Cerita- cerita sekitar  Ibu  mertua, nampaknya  sudah ada, seumur dengan adanya lembaga  perkawinan. Namun  demikian, dalam bacaan pertama hari ini, kita  menemukan cerita  tentang hubungan yang luar biasa indah antara  seorang janda muda , Ruth, dengan ibu  mertuanya, Naomi.  Ruth, bukan  wanita  Yahudi,  menikah dengan  pria Yahudi, anak Naomi.

Sesudah kematian suaminya, Ruth memutuskan tidak kembali ke negerinya, melainkan   tinggal  dengan ibu  mertuanya dan mengimani  Tuhan  bangsa Yahudi. Bagi  Ruth, ini merupakan  keputusan rangkap  dua, mengikatkan diri  untuk  menghormati  ibu mertua dan  mengimani  Tuhan bangsa Israel. Sejatinya, bukan  merupakan keputusan yang mudah baginya, karena berakibat, harus  meninggalkan saudara-saudara sedarah berikut kebiasaan mengungkapkan dan mewujudkan imannya.  Memang  dia  sudah sepuluh  tahun   hidup bersama dengan suami yang  orang Yahudi, namun sekarang dia harus memulai cara baru dalam beriman sebagai  bagian dari  keluarga baru. Ruth  mewujudkan  dua perintah, mengasihi  Tuhan dan sesama. 

Kita    bicara banyak tentang  kasih kepada Tuhan dan sesama, namun belum tentu,  kita selalu melaksanakannya. 


Pada tahun 1990-an, di Amerika Serikat, ada sekelompok  guru yang mengedarkan kuesioner kepada  sejumlah  pengusaha, dalam rangka  membekali para siswa yang  akan mencari  pekerjaan  setamat sekolah. Mereka  menanyakan, apakah alasan-alasan memberhentikan pekerja. Jawaban yang diperoleh, mereka yang di persilahkan  keluar dari perusahaan adalah, yang tidak bisa  hidup  bersama dengan  rekan-rekan pekerja. Dalam  bahasa  Yesus,  mereka  yang tidak mampu  mewujudkan kasih  kepada Tuhan dan kepada sesama.

Yesus tidak mengatakan, pekerja  harus   mengasihi  sesama  ( pekerja ) agar  tetap   bisa bekerja, melainkan pekerja   harus memaaafkan sesama  pekerja, bahkan  mereka  yang telah menyakiti  atau  membencinya, agar  semakin pantas menjadi putra-putri Allah Bapa di sorga.  Mengasihi  Tuhan dan sesama dalam dunia kerja, berarti  ada semangat  untuk saling menerima dan meneguhkan, mengampuni dan memberi kesempatan, berbagi  dan bersyukur. 

Ruth memberi  teladan nyata dalam mengasihi Tuhan dan sesama. Ia  mengimani  Tuhan dan secara  nyata bersedia  mendampingi mertuanya dengan setia. Apakah kita   mencintai  anak-anak, suami, istri, mertua, ipar, keponakan, tetangga, sahabat, rekan kerja  dalam tindakan nyata, senyata kita khusuk dalam  berdoa dan beribadah .



Rekan-rekan, salah satu  hambatan dari  sekian banyak hambatan, untuk  bisa mengasihi Tuhan dan sesama  adalah, kita  tidak  menyadari  betapa besar kasihNya untuk kita dan membuat pembedaan, mengasihi Tuhan dalam doa dan ibadah, mengasihi sesama dalam hidup  bersama. Kalau  kita  tidak pernah menyadari bahwa Tuhan  telah  menganugerahkan segala  hal yang kita  butuhkan, A – Z, agar  kita   bisa hidup, baik hidup  sebagai pribadi  mau pun sebagai  makhluk sosial, maka kita  tidak pernah mampu  mencintai-Nya.  Kalau  kita  tidak pernah menyadari  bahwa Tuhan  selalu  hadir  dalam sesama dan alam semesta, kita  tidak pernah akan  mampu  mengasihi sesama. Tidak ada kasih kepada Tuhan  tanpa kasih kepada sesama. Yesus  berkata, “ Segala sesuatu yang  kamu lakukan  untuk  salah seorang dari  saudaraKu  yang paling hina ini, kamu  melakukannya untuk  Aku “ ( Mat 25, 40).

Doa : Tuhan terimakasih utk kasih setiaMu. Ajar kami saling mengasihi terhadap sesama , seperti Engkau mengasihi kami, tanpa batas dan tanpa mengharap balasan. Amin.

Tarcisius Susanto Adhi.

Kamis, 24 Agustus 2017

Sulit Bukan Berarti Tidak Mungkin

Saudari/a ku ytk.,

Saat masih di Sekolah Dasar, kita mendengar ada peribahasa, *“Malu bertanya sesat di jalan.”* Pesan dari peribahasa tersebut, yaitu: jika kamu tidak tahu, bertanyalah kepada orang yang lebih tahu, supaya tidak tersesat atau keliru. Di sana ada nilai kerendahan hati yang mau ditanamkan. Juga ada nilai kemurahan hati untuk berbagi informasi kepada sesama.

*Biasanya apa tujuan orang bertanya?* Biasanya ingin tahu lebih mendalam atas sesuatu yang dia tanyakan. Tetapi ada orang yang bertanya dengan tujuan lain, yaitu mencari celah untuk menyalahkan dan menjebak orang yang ditanyai dengan jawaban yang diberikan. Kalau ini namanya kurang ajar alias tidak baik. Itulah yang dialami Tuhan Yesus saat berhadapan dengan tiga (3) kelompok orang Yahudi yaitu: Orang Saduki, Orang Farisi, dan Ahli Kitab.

Tiga kelompok itu menjebak Yesus dengan pertanyaan. Orang-orang Saduki bertanya tentang kebangkitan badan, dan syukurlah Yesus bisa menjawab dengan baik, sehingga mereka tidak dapat berkutik lagi. Kaum Farisi menjebak Yesus dengan pertanyaan tentang membayar pajak kepada kaisar, dan syukurlah Yesus juga bisa menjawabnya dengan bijak.

Dalam bacaan Injil hari ini dikisahkan giliran Ahli Kitab yang bertanya kepada Yesus untuk mencobai Dia. Mereka bertanya tentang sesuatu yang dipandang sungguh sulit, yaitu *“Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?”* Padahal Hukum Taurat ada 613 butir. Mereka membagi hukum Taurat itu menjadi 248 perintah dan 365 larangan.

Yesus tahu arah pertanyaan mereka untuk menjebak-Nya. Maka Yesus dengan bijaksana menegaskan bahwa *inti dari Hukum Taurat adalah mencintai Allah dan mencintai sesama manusia.* Yang dikenal dengan *Hukum Kasih.* Dengan jawaban ini, Yesus telah merangkum semua Hukum Taurat, yang disebutkan dalam Kitab Ulangan (Ul 6:5) dan Kitab Imamat (Im 19:18).

*Pertanyaannya sekarang* adalah apakah setiap orang dapat mengasihi Tuhan dan sesama dengan tingkatan yang sama? Setiap orang mengasihi Allah dan sesama dengan tingkatan yang berbeda-beda. Namun, menjadi tujuan kita semua agar kita dapat mengasihi Tuhan dan sesama dalam tingkatan yang sempurna.

*Santo Thomas Aquinas dan Santo Yohanes Salib* menguraikan ada tiga tingkatan untuk mengasihi Allah, yaitu:

*1) Tingkatan pemula (beginners):* seseorang berusaha agar dia tidak jatuh ke dalam dosa berat dan berusaha melawan kecenderungan berbuat dosa. Dalam tahap ini, seseorang masih berfokus pada bagaimana caranya untuk menghindari dosa-dosa yang sering dilakukan. Sebagai contoh kalau seseorang mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa melawan kemurnian, maka dia berjuang setengah mati agar dia tidak terjerumus ke dalam dosa yang sama.

*2) Tahap kedua (Illuminative Way):* seseorang tidak lagi berfokus pada menghindari dosa, melainkan pada bagaimana bertumbuh dalam kebaikan. Dia membuat kemajuan spiritualitas dalam terang iman dan kontemplasi. Dia mulai berfikir apa yang dapat dilakukannya untuk semakin memuliakan Tuhan. Dia bertumbuh dalam kasih dengan cara berbuat kasih dan berusaha menjadi berkat bagi orang lain.

*3) Tahap sempurna (Heroic Love):* seseorang secara sadar tidak mau melakukan dosa yang berat dan dosa yang kecil. Walaupun kadang dia masih melakukan dosa kecil, namun dosa itu terjadi dengan tidak disengaja. Dia mempunyai hati yang besar, sehingga membuatnya dapat menyingkirkan hal-hal dunia, agar dia dapat semakin bersatu dengan Tuhan. Dia mempunyai derajat kerendahan hati yang sempurna.

Tiga tingkat kesempurnaan kasih itu juga berhubungan dengan kasih kita terhadap sesama. *Di tingkat awal,* seseorang akan mengasihi orang-orang yang ia kenal tanpa mengabaikan orang-orang lain. *Di tingkat kedua,* seseorang dapat mengasihi orang-orang asing yang tidak dikenalnya. Dan *di tingkat kesempurnaan,* ia dapat mengasihi musuh-musuhnya, orang yang membenci, maupun orang yang telah menyakiti hatinya.

Dalam proses itu kita dapat bertumbuh dari tingkat awal ke tingkat yang lebih tinggi. Namun kita juga dapat jatuh dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat yang paling awal. Hanya dengan *rahmat Allah, kesediaan untuk terus bekerjasama dengan rahmat Allah dan karunia Roh Kudus,* memungkinkan kita dapat mencapai kesempurnaan kasih.
Dalam menghayati Hukum Kasih itu, kita sebagai murid-murid Yesus diharapkan untuk *mengasihi orang lain seperti mengasihi diri sendiri,* termasuk mengasihi musuh kita, orang yang menyakiti kita, orang yang menfitnah kita, maupun orang yang telah mengkhianati kita. Sulit memang. Tapi mari kita terus mengusahakannya dari hari ke hari dengan bantuan rahmat Tuhan dan karunia Roh Kudus. *Sulit bukan berarti tidak mungkin.*

*Pertanyaan Refleksinya:* Apakah Anda pernah menjebak dan berusaha mencari kesalahan orang lain untuk menjatuhkannya? Apakah Anda pernah disakiti, difitnah, dan dikhianati? Sebagai Murid Kristus, apa niat Anda untuk menghayati Hukum Kasih itu? Selamat merenungkan.

Bunga matahari bunga melati
Bunga mawar mekar indah berseri
Dibenci dan dikhianati bikin sakit hati
Mari Hukum Kasih berusaha kita hayati.
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Roma. (Y. Gunawan, Pr)

Doa Kasih

Doa Kasih Allah, sumber segala kasih, Engkau mengutus Putra-Mu, Yesus Kristus, agar kasih-Mu menjadi nyata dalam hidupku, dan semakin di...