Cerita- cerita sekitar Ibu mertua, nampaknya sudah ada, seumur dengan adanya lembaga perkawinan. Namun demikian, dalam bacaan pertama hari ini, kita menemukan cerita tentang hubungan yang luar biasa indah antara seorang janda muda , Ruth, dengan ibu mertuanya, Naomi. Ruth, bukan wanita Yahudi, menikah dengan pria Yahudi, anak Naomi.
Sesudah kematian suaminya, Ruth memutuskan tidak kembali ke negerinya, melainkan tinggal dengan ibu mertuanya dan mengimani Tuhan bangsa Yahudi. Bagi Ruth, ini merupakan keputusan rangkap dua, mengikatkan diri untuk menghormati ibu mertua dan mengimani Tuhan bangsa Israel. Sejatinya, bukan merupakan keputusan yang mudah baginya, karena berakibat, harus meninggalkan saudara-saudara sedarah berikut kebiasaan mengungkapkan dan mewujudkan imannya. Memang dia sudah sepuluh tahun hidup bersama dengan suami yang orang Yahudi, namun sekarang dia harus memulai cara baru dalam beriman sebagai bagian dari keluarga baru. Ruth mewujudkan dua perintah, mengasihi Tuhan dan sesama.
Kita bicara banyak tentang kasih kepada Tuhan dan sesama, namun belum tentu, kita selalu melaksanakannya.
Pada tahun 1990-an, di Amerika Serikat, ada sekelompok guru yang mengedarkan kuesioner kepada sejumlah pengusaha, dalam rangka membekali para siswa yang akan mencari pekerjaan setamat sekolah. Mereka menanyakan, apakah alasan-alasan memberhentikan pekerja. Jawaban yang diperoleh, mereka yang di persilahkan keluar dari perusahaan adalah, yang tidak bisa hidup bersama dengan rekan-rekan pekerja. Dalam bahasa Yesus, mereka yang tidak mampu mewujudkan kasih kepada Tuhan dan kepada sesama.
Yesus tidak mengatakan, pekerja harus mengasihi sesama ( pekerja ) agar tetap bisa bekerja, melainkan pekerja harus memaaafkan sesama pekerja, bahkan mereka yang telah menyakiti atau membencinya, agar semakin pantas menjadi putra-putri Allah Bapa di sorga. Mengasihi Tuhan dan sesama dalam dunia kerja, berarti ada semangat untuk saling menerima dan meneguhkan, mengampuni dan memberi kesempatan, berbagi dan bersyukur.
Ruth memberi teladan nyata dalam mengasihi Tuhan dan sesama. Ia mengimani Tuhan dan secara nyata bersedia mendampingi mertuanya dengan setia. Apakah kita mencintai anak-anak, suami, istri, mertua, ipar, keponakan, tetangga, sahabat, rekan kerja dalam tindakan nyata, senyata kita khusuk dalam berdoa dan beribadah .
Rekan-rekan, salah satu hambatan dari sekian banyak hambatan, untuk bisa mengasihi Tuhan dan sesama adalah, kita tidak menyadari betapa besar kasihNya untuk kita dan membuat pembedaan, mengasihi Tuhan dalam doa dan ibadah, mengasihi sesama dalam hidup bersama. Kalau kita tidak pernah menyadari bahwa Tuhan telah menganugerahkan segala hal yang kita butuhkan, A – Z, agar kita bisa hidup, baik hidup sebagai pribadi mau pun sebagai makhluk sosial, maka kita tidak pernah mampu mencintai-Nya. Kalau kita tidak pernah menyadari bahwa Tuhan selalu hadir dalam sesama dan alam semesta, kita tidak pernah akan mampu mengasihi sesama. Tidak ada kasih kepada Tuhan tanpa kasih kepada sesama. Yesus berkata, “ Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu melakukannya untuk Aku “ ( Mat 25, 40).
Doa : Tuhan terimakasih utk kasih setiaMu. Ajar kami saling mengasihi terhadap sesama , seperti Engkau mengasihi kami, tanpa batas dan tanpa mengharap balasan. Amin.
Tarcisius Susanto Adhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar